A. Proses
Riset pemasaran
Untuk memahami
konsumen perusahaan, pesaing, grosir dan sebagainya, setiap pemasar memerlukan
riset pemasaran. Manajer merk produk di perusahaan besar seperti procter dan
gambel akan memesan tiga atau empat studi riset pemasaran penting setiap
tahunnya. Manajer pemasaran dalam perusahaan yang lebih kecil akan memesan
lebih sedikit studi riset pemasaran. Lama-kelamaan organisasi nirlaba menyadari
bahwa mereka membutuhkan riset pemasaran.
Para manajer yang
menggunakan riset pemasraan perlu mengetahui secukupnya tentang semua itu
supaya mereka bisa memperoleh informasi yang tepat dengan biaya yang pantas.
Apabila mereka tidak tahu sama sekali tentang riset pemasaran, mereka mungkin
membiarkan untuk mengumpulkan informasi yang salah atau informasi yang dikumpulkan
dengan biaya yang besar, atau salah di interprestasikan. Mereka bisa bekerja
sama dengan peneliti-peneliti pemasaran yang penuh pengalaman, karena demi
kepentingan mereka sendiri untuk memperoleh informsi yang menghasilkan
keputusan-keputusan yang tepat. Hal yang sama pentingnya adalah bahwa para
manajer cukup mengetahui prosedur riset pemasaran, sehingga mereka mampu ambil
bagian dalam perencanaan dan selanjutnya dalam interprsetasi. Berikut akan
membicarkan lima langkah besar dalam proses riset pemasaran.
1. Merumuskan
masalah dan tujuan riset
Langkah pertama
dalam riset pemasaran adalah memaksa manajer pemasaran dan peneliti pemasaran
untuk merumuskan masalah denga hati-hati dan menyepakati tujuan riset. Apabila
manajer pemasaran menyuruh peneliti pemasaran, “pergi, dan kumpulkan data
tentang pasaran penerbangan”, mereka akan kecewa dengan hasilnya. Beratus-ratus
masalah dari sebuah pasar bisa diteliti. Penemuan-penemuan riset akan berguna
apabila sesuai dengan masalah yang dihadapi perusahaan. Untuk mengumpulkan
informasi itu terlalu banyak makan biaya dan membiarkan maslah direncanakan
secara takabur atau tidak tepat akan berarti pemborosan. Pepatah kuno
mengatakan: “masalah yang dirumuskan dengan baik berarti setengah terpecahkan”.
2. Mengembangkan
sumber informasi
Langkah kedua riset
pemasaran adalah merumuskan jenis informasi yang dibutuhkan dan cara paling
efisien untuk mengumpulkan informasi itu. Seorang peneliti bisa mengumpulkan
data sekunder, data primer atau kedua-duanya.
Data sekunder
merupakan informais yang telah tersedia di suatu tempat, yang telah dikumpulkan
untuk maksud-maksud lain. Sedangkan data primer adalah data yang terdiri dari
informasi yang dikumpulkan sendiri untuk maksud khusus yang diinginkan saat
ini.
a. Mengumpulkan
Data Sekunder
Para peneliti
biasanya memulai penelitiannya dengan mengumpulkan data sekunder. Diantara
yaitu:
1) Sumber-sumber
internal: perhitungan rugi-laba perusahaan, neraca, jumlah penjualan, laporan
keuangan, catatan inventaris, dan laporan-laporan riset sebelumnya.
2) Publikasi
pemerintah: survei pabrik tahunan, statistik usaha, sensus pabrik, sensus
penduduk, sensus perdagangan eceran, sensus dagang grosir dan sensus perusahaan
jasa.
3) Buku-buku
pemasaran: indeks majalah usahawan, asosiasi ensiklopedia, jurnal pemasaran,
jurnal riset pemasaran, jurnal riset konsumen.
4) Majalah
pemasaran: advertising age, business week, fortune, forbes, dll
Data sekunder memberikan
titik awal riset dengan biaya rendah serta cepat diperoleh. Namun demikian,
data yang diperlukan oleh para peneliti mungkin tidak tersedia, atau data yang
sudah ada usang, tidak tepat, tidak lengkap, atau tidak dipercaya. Dalam hal
ini, peneliti terpaksa harus mengumpulkan data primer dengan biaya besar dan
keterlambatan lebih lama, namun diharapkan lebih rlevan dan tepat.
b. Mengumpulkan
Data Primer
Data primer bisa
dikumpulkan dalam tiga cara, yakni:
1) Peneliti
bisa mengumpulkan data primer melalui observasi mengamati orang dan tempat.
2) mengumpulkan data primer melalui eksperimen,
riset eksperimental memerlukan pengelompokan masalah, memberi perlakuan
yang berbeda-beda pada masing-masing
kelompok, mengawasi variabel-variabel dan memeriksa apakah perbedaan yang
diamati itu berarti. Maksud riset eksperimental adalah melihat hubungan
sebab-akibat dengan meniadakan perbedaan penjelasan terhadap penemuan-penemuan
yang diamati.
Metode eksperimental mengasilkan data
yang menakjubkan apabila pengendalian secara ketat dilaksanakan. Sampai sejauh
ini, rancangan dan pelaksanaan eksperimen meniadakan hipotesa alternatif yang
mungkin memberikan hasil yang sama, manajer penelitian dan pemasaran mempunyai
keyakinan atas keputusan-keputusan yang diambilnya.
3) mengumpulkan
data primer melalui survei, survei merupakan jalan tengah antara observasi dan
eksperimen. Bila observasi paling cocok untuk riset eksploratif, survei paling
baik untuk riset deskriptif. Perusahaan melakukan survei untuk mempelajari
pengetahuan, kepercayaan, kesukaan, kepuasan orang dan sebagainya.
c. Alat-alat
riset
Para peneliti
pemasaran mempunyai satu pilihan diantara dua alat riset yang penting untuk
mengumpulkan data primer, yaitu kuesioner dan peralatan mekanik. Kuesioner
merupakan alat yang paling umum digunakan untuk mengumpulkan data primer.
Kuesioner terdiri dari seperangkat pertanyaan yang disajikan kepada para
responden agar dijawab. Kuesioner perlu disusun secara hati-hati, diperiksa.
Dan di uji cobakan sebelum mereka bisa digunakan dalam skala luas.
Dalam menyusun
kuesioner, peneliti pemasaran secara hati-hati memilih pertanyaan yang akan
ditanyakan, bentuk-bentuk pertanyaan, pilihan kata dalam pertanyaan dan urutan
pertanyaan. Kesalahan umumnya terjadi dalam pertanyaan yang akan diajukan,
termasuk pertanyaan yang tidak bisa dijawab, tidak akan dijawab atau tidak
perlu dijawab, dan terlewatinya pertanyaan yang seharusnya dijawab. Setiap
pertanyaan harus dipikirkan untuk menentukan apakah pertanyaan berguna bagi
tujuan riset. Bentuk pertanyaan bisa mempengaruhi jawaban, peneliti pemasaran
membedakan antara pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
Pertanyaan tertutup
mengandung segala macam jawaban dan responden membuat pilihan diantara
jawaban-jawaban itu. Sedangkan pertanyaan terbuka memungkinkan responden
menjawab dalam kata-katanya sendiri. Biasanya, pertanyaan terbuka sering kali
bisa mengungkap informasi lebih banyak karena jawaban-jawaban responden tidak
dibatasi.
Kata-kata dalam
pertanyaan perlu sekali diperhatikan. Para peneliti harus menggunakan kata-kata
sederhana, langsung dan tepat. Pertanyaan-pertanyaan itu harus di uji cobakan
sebelum dipergunakan secara luas. Urutan pertanyaan harus pula diperhatikan.
Pertanyaan-pertanyaan awak harus sedapat mungkin dibuat menarik.
Pertanyaan-pertanyaan yang sulit atau pribadi sifatnya harus ditanyakan pada
akhir interview agar responden tidak bersikap defensif. Pertanyaan harus
disusun dalam urutan logis. Pertanyaan-pertanyaan yang mengklasifikasikan
responden diletakkan di urutan terakhir karena lebih bersifat pribadi dan
kurang menarik bagi responden.
Walaupun kuesioner
merupakan alat riset paling umum, alat mekanik juga digunakan dalam riset
pemasaran. Galvanometer digunakan untuk mengukur kekuatan minat atau emosi
responden yang diakibatkan oleh penampilan iklan atau gambar khusus.
Galvanometer mencatat kadar keringat yang ditimbulkan oleh kenaikan emosi
seseorang.
d. Rencana
penetapan sampel
Sampel adalah segmen populasi yang
dipilih untuk mewakili populasi secara keseluruhan. Peneliti pemasaran harus
mengembangkan rencana penetapan sampel yang akan membantu mereka mendapatkan sampel
yang tepat untuk risetnya. Hal ini melibatkan tiga keputusan.
1) Siapa
yang akan disurvei? Peneliti harus memutuskan informasi apa yang diperlukan dan
siapa yang kira-kira mempunyainya.
2) Berapa
banyak orang yang akan disurvei? Sampel yang jumlahnya banyak lebih bisa
diandalkan dari pada sampel yang jumlahnya sedikit.
3) Bagaimana
memilih sampel dalam populasi tersebut? Mereka bisa dipilih secara acak,
misalnya menurut kelompok usia, atau penduduk daerah tertentu.
e. Metode
pelaksanaan
Kegiatan ini adalah menjawab pertanyaan,
bagaimana caranya para anggota sampel itu dihubungi, lewat telepon, pos atau
tatap muka. Interview lewat telepon adalah metode yang paling tepat untuk
mengumpulkan informasi dengan cepat. Pewawancara juga bisa menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan apabila responden tidak memahami. Dua kelemakahannhya
yang pokok adalah bahwa hanya orang-orang yang punya telepon yang dapat di
wawancarai dan waktu wawancara terbatas.
Kuesioner lewat pos
mungkin metode terbaik untuk mencapai orang-orang yang tidak akan bersedia
melaksanakan wawancara pribadi atau yang mungkin sulit dilaksanakan oleh
pewawancara. Namun demikian, kuesioner pos memerlukan pertanyaan yang memakai
kata-kata sederhana, dan pengirimannya kembali biasanya lambat.
Interview tatap
muka adalah yang paling baik dari ketiga metode ini. Pewawancara bisa
menanyakan lebih banyak pertanyaan dan bisa melengkapi dirinya dengan observasi
terhadap pribadi responden. Intervoew tatap muka adalah metode yang paling
mahal dan membutuhkan paling banyak perencanaan dan pengawasan administrasi
3. Mengumpulkan
Informasi
Setelah menyusun
rancangan riset, peneliti harus mengumpulkan data. Langkah ini biasanya
menghabiskan biaya paling mahal dan paling banyak kemungkinan keliru. Dalam hal
survei, timbul empat masalah penting. Beberapa responden tidak bisa dijumpai
dirumah maupun di kantor dan harus dihubungi lagi. Para responden lain mungkin
menolak untuk diwawancarai. Responden lainnya memberi jawaban tidak jujur dan
salah.
Dalam hal
eksperimen, para peneliti harus memperhatikan baik-baik kecocokan kelompok
eksperimen dan kelompok pengawas, tidak mempengaruhi para responden agar datang,
memberikan perlakuan yang seragam dan mengawasi berbagai faktor lainnya.
4. Menganalisis
Informasi
Langkah
selanjutnya dalam proses riset pemasaran adalah menyortir informasi dan
penemuam penting dari data yang terkumpul. Peneliti menyimpan data tersebut
dalam bentuk tabel. Ia lalu mengembangkan dan menghitung statistik seperti
distribusi-distribusi frekuensi, rata-rata dan jarak penyebaran. Setelah itu,
peneliti mencoba menerapkan beberapa teknik statistik lanjutan dan model
pengambilan keputusan dalam sistem pemasaran analitis dengan harapan menemukan
informasi tambahan.
5. Melaporkan
Penemuan
Peneliti seharusnya
tidak memberi banyak tugas kepada para manajer pemasaran dengan angka-angka
teknik statistik lanjutan, mereka akan mengabaikannya. Peneliti harus
melaporkan penemuan-penemuan penting yang berguna untuk pengambilan
keputusan-keputusan pemasaran penting yang harus dilakukan manajemen. Riset
tersebut akan berguna apa bila ia mengurangi berbagai ketidakpastian yang
dihadapi oleh para pimpinan pemasaran.
Daftar Pustaka:
Kotler, Philip. 1999. Marketing.
Jakarta: Erlangga
Mursid, M. 2008. Manajemen
Pemasaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
0 komentar:
Posting Komentar