MUCHAMAD TRI SANTOSO, S.Pd
ABSTRAK
Islam adalah agama yang besar dari
timur tengah, sebelum islam datang masyarakat nusantara khususnya jawa
memeluk agama hindhu dan budha. Islam masuk ke nusantara melalui
berbagai cara salah satunya dibawa pedagang timur tengah ke nusantara.
Teori-teori yang membahas mengenai
kedatangan islam antara lain teori gujarat, teori persia dan lain
sebagainya. Jawa adalah pulau yang strategis dan memiliki hasil bumi
yang melimpah. Perdagangan timur tengah menyampaikan ajaran kepada
pembeli dan sesama pedangang lainnya. Jalur penyembaran islam dijawa
memiliki beberapa macam bentuk dan cara, dari pernikahan, pendidikan,
perdagangan, politik, seni dan tasawuf.
Jawa bagian timur tidak jauh beda
mendapat pengaruh islam pada saat itu, jawa yang pertama kali mengenal
islam adalah pesisir utara yang mana masyarakatnya lebih terbuka
terhadap hal baru. Bojonegoro adalah wilayah jawa timur bagian utara
laut jawa yang memiliki karakter terbuka terhadap hal baru.
Islamisasi di bojonegoro tidak lepas
dari daerah tuban yang mana antara dua daerah ini memiliki ikatan budaya
dan geografis yang dekat. Daerah yang dilewati bengawan solo ini
mendapat islamisasi dengan berbagai cara, namun cara yang paling
menonjol dengan cara pendidikan dan seni. Seni tergambar dengan wayan
tengul yang mana ceritanya berisi mengenai nasehat kehidupan dan
kewajiban manusia kepada tuhannya.
Pendidikan sangat terlihat ketika
banyak berdiri pondok pesantren yang berada di bojonegoro, perlu
dipahami pondok mulai muncul ketika masyarakat sudah mengenal islam
terlebih dahulu. Namun pada awalnya lebih cenderung mengunakan seni
sebagai daya tarik masyrakat terhadap islam itu sendiri.
Bukan berarti dengan pendidikan unsur
seni tidak terlihat, seni tetap dipakai sebagai sarana untuk memahami
dan mendalami ajaran. Pujian atau lagu religi sebelum dilaksanakan solat
dan nada kiai ketika membaca kitab kuning dengan nada jawa yang tidak
asing ditelinga masyarakat sekitar.
Kata Kunci : Pondok Pesantren, Islamisasi, Desa Talun Bojonegoro
Latar Belakang
Islam masuk daerah bojonegoro dengan berbagai cara sehingga dalam setiap daerah memiliki perbedaan tradisi bahkan pandangan. Hal ini bisa ditarik garik kebelakang bahwa cara penyebaran mempengaruhi cara pandangang dan budaya masyarakat sekitar.
Islam masuk daerah bojonegoro dengan berbagai cara sehingga dalam setiap daerah memiliki perbedaan tradisi bahkan pandangan. Hal ini bisa ditarik garik kebelakang bahwa cara penyebaran mempengaruhi cara pandangang dan budaya masyarakat sekitar.
Islam adalah agama yang membawa hal
yang baru dalam tatanan masyarakat jawa khususnya bojonegoro. Konsep
agama sebelum islam yaitu hindhu memakai kasta dan memiliki ritual yang
bertingkat, islam datang membawa kepraktisan untuk pengikutnya. Faktor
kepraktisan dan kelembutan islam dalam menerapkan dan menjalankan agama
menjadi faktor utama banyaknya masyarakat yang mengikutinya.
Seni dan pendidikan menjadi faktor
yang paling kelihatan ketika berbicara penyebaran islam di daerah
bojonegoro. Ketika membicarakan bojonegoro sekali lagi haruslah melihat
daerah tuban karena kedua daerah ini memiliki ikatan yang erat.
Sunan Bonang adalah ulama yang masuk
dalam wali songo, selain sunan bonang daerah tuban dan bojonegoro
memiliki sunan yang cukup asing akan tetapi familiar dalam masyarakat
sekitar. Sunan Bejangung, Asmoro Qondi dan sunan-sunan didaerah tersebut
hal ini membuktikan bahwa ada keterkaitan erat ketika tuban memasuki
islamisasi maka secara otomatis wilayah bojonegoro mendapat pengaruh
yang sama.
Desa talun secara adminitrasi masuk
pada kecamatan sumberjo kabupaten bojonegoro. Desa talun sebelum
memasuki masa islamisasi masyarakatnya banyak memeluk ajaran kejawen.
Ketika memasuki preodesasi islam bertepatan dengan zaman demak sampai
mataram islam daerah ini mendapat islamisasi secara politik, yaitu
ketika penguasa islam maka rakyatnya mengikuti penguasa dalam hal
kepercayaan.
Sejalan dengan waktu maka para sunan
dan ulama menyebarkan dengan seni jawa untuk memikat masyarakat terhadap
islam. Namun cara ini membuat masyarakat sekitar kurang paham akan
agama, sehingga melaukan kebaikan dan kewajiban tetapi juga melakukan
perbuatan yang dilarang. Hal ini bisa dimaklumi karena ulama pada saat
itu mementingkan kuantitas bukan kualtias dalam hal penyebaran, karena
untuk tidak terjadi pertentangan dan sock culture and religius dalam
masyarakat.
Pendidikan baru sekitar awal abad 20an
menyentuh daerah talun ini, oleh Kiai Soleh dengan mendirikan pondok
pesantren. Talun berubah sedikit demi sedikit dengan pemikiran Kiai
Soleh yang membawa perubahan dan kemajuan dalam soal pemahaman agama
dengan tetap memegang teguh budaya-budaya tetapi tidak menyalahi aturan
agama. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran untuk
umat islam. Metode pengajaran pada umumnya dipesantren mengunakan
Sorogan, yaitu kiai membacakan materi dan maknanya kemudian santri
menuliskannya (Prasojo, 1982:6).
Islamisasi dengan pendidikan memiliki
keunggulan dan ciri khas yang berbeda bagi masyarakat sekitar. Dengan
uraian yang diatas maka penulis ingin membahas mengenai pondok pesantren
sebagai proses islamisasi di bojonegoro khususnya desa talun dengan
judul “Pondok Pesantren Attanwir Sebagai Sarana Islamisasi Dan
Pendidikan Di Desa Talun Kabupaten Bojonegoro”.
Gambaran Umum Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menekankan pada pengetahuan dan perkembangan agama islam. Pondok pesantren tidak asing bagi kalangan masyarakat karena sebelum adanya pendidikan formal yang sekarang ini.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menekankan pada pengetahuan dan perkembangan agama islam. Pondok pesantren tidak asing bagi kalangan masyarakat karena sebelum adanya pendidikan formal yang sekarang ini.
Pondok pesantren menurut kamus bahas
besar Indonesia adalah madrasah dan asrama (tempat ngaji, belajar agama
islam). Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menghasilkan orang beragama. “Pendidikan agama tidak cukup hanya
memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada
feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan” (Ramayulis,
2003 : 3).
Di zaman sekarang pondok pesantren
bukan hanya lembaga pendidikan tradisional yang hanya mengkaji ilmu
agama akan tetapi juga mengkaji pengetahuan umum dan mengunakan
kaloborasi gaya pendidikan yang modern dan tradisional didalamnya.
Tetapi ada juga yang pondok pesantren
yang mengunakan model pembelajaran modern untuk menyajikan pendidikan
agama dan pengetahuan umum. Pondok pesantren yang moderat tentulah
mengambil jalan tengah dimana mengutamakan kedua pengajian ilmu tersebut
karena agama membentengi dalam kehidupan.
Menurut Gulen ulama turki dalam buku
Zulfahmi (2014 : 65) mengatakan “korelasi antara agama dan sains
dibutuhkan untuk mencegah kehancuran manusia”. Pondok pesantren di
daerah bojonegoro salah satu yang besar dan mengkuti perkembangan
pengetahuan adalah Pondok Pesantren Attanwir Talun Bojonegoro. Ponpes
ini mengunakan 2 sistem pembelajaran sistem pondok dan sistem sekolah
formal seperti umumnya.
Kiai Sholeh Pendiri PonPes Attanwir
Berdasarkan sejarah bahwa lahirnya pondok pesantren dimulai adanya kyai.oleh karena itu dalam penyusunan sejarah singkat pondok pesantren At tanwir, tidak bisa dipisahkan dengan pendirinya, yakni KH. M. Sholeh. Sejarah singkat pendiri : 20 Februari 1902, di desa talun lahirlah seorang laki-laki dari pasangan suami Istri (Sarqowi bin Syuro- kuning) anak tersebut diberi nama Muhammad Sholeh, dengan nama itu diharapkan semoga akhirnya menjadi orang yang sholeh, berbakti kepada orang tua dan berguna bagi masyarakat dan agama.
Berdasarkan sejarah bahwa lahirnya pondok pesantren dimulai adanya kyai.oleh karena itu dalam penyusunan sejarah singkat pondok pesantren At tanwir, tidak bisa dipisahkan dengan pendirinya, yakni KH. M. Sholeh. Sejarah singkat pendiri : 20 Februari 1902, di desa talun lahirlah seorang laki-laki dari pasangan suami Istri (Sarqowi bin Syuro- kuning) anak tersebut diberi nama Muhammad Sholeh, dengan nama itu diharapkan semoga akhirnya menjadi orang yang sholeh, berbakti kepada orang tua dan berguna bagi masyarakat dan agama.
Pada usia 10 thn, anak Sholeh diminta
oleh pamannya bernama H. Idris untuk di asuh sekaligus sebagai anak
angkatnya, karena H. Idris tidak mempunyai anak, maka sejak itu anak
Sholeh menjadi anak angkatnya dan mulai belajar membaca Al-Quran.
Pada tahun 1914 dia belajar kepada
Kyai Umar di Sumberrejo Bojonegoro. Pada tahun 1915 meneruskan belajar
kepada Kyai Basyir dan Kyai Abu Dzarrin di Pondok Pesantren Kendal
Dander Bojonegoro
Pada tahun 1916 meneruskan belajar di
Madrasatul Ulum di kota Bojonegoro (di Komplek Masjid Besar) selama
empat tahun, juga pernah belajar pada KH. Kolil dibangkalan Madura. Pada
tahun 1921-1927 belajar pada KH. Faqih bin KH. Abdul Djabbar di Pondok
Pesantren Maskumambang Dukun, Gresik.
Pada 1923, masih dalam belajar di
Pondok Maskumambang dia menunaikan ibadah haji pertama. Sepulang dari
ibadah haji meneruskan kembali belajar di Pondok Maskumambang. Pada
pertengahan tahun 1924 H. H. Sholeh diambil menantu oleh KH. Faqih
dinikahkan dengan keponakannya sendiri bernama Rohimah binti KH. Ali.
Tahun 1927 pulang dari Ponpes
Maskumambang kembali ke desa Talun di sertai istrinya Rohimah pada
tanggal 20 Januari 1934 , ibu Rohimah wafat di Talun dan dimakamkan di
Dukun Gresik kemudian H. Sholeh menikah lagi dengan Hj. Muhlisah (janda
H. Mahbub ) ibunya H. Badawi Jombang.
Pada tahun 1933 setelah rumah tangga
dan kehidupan keluarganya tertata , maka H.Sholeh mulai merintis
kegiatan mengajar anak-anak dan bertempat di musholla atau langgar yang
telah dipersiapkan oleh H.Idris sejak masih belajar di pondok
Maskumambang. Pada tahun 1943 (zaman Jepang ) KH. Sholeh mengikuti
Musyawaroh Besar Ulama` se Jawa di Jakarta.
Tahun 1946 (zaman Revolusi) KH. Sholeh
terpilih menjadi Camat Sumberrejo, jabatan camat tersebut setelah 2
tahun beliau mohon berhenti dengan hormat dengan alasan “sangat berat
meninggalkan kegiatanya sebagai guru dan Cabang Syuriah NU Bojonegoro”.
Tahun1976 beliau naik haji kedua bersama dengan ibu Hj. Muhlisah.
Tahun1992 beliau wafat meningalkan 2 orang putra dari ibu Rohimah: H.
Sahal Sholeh dan Hj. Anisah.
Proses Islamisasi & Penentangan Kaum Abangan
Islamisasi tidaklah lepas dari sebuah pro dan kontra dalam masyarakat secara horizontal ataupun vertikal. Islamisasi oleh Kiai Sholeh melalui pendidikan, jalur pendidikan ini terlihat usaha merintis majelis yang mengkaji tentang agama islam.
Islamisasi tidaklah lepas dari sebuah pro dan kontra dalam masyarakat secara horizontal ataupun vertikal. Islamisasi oleh Kiai Sholeh melalui pendidikan, jalur pendidikan ini terlihat usaha merintis majelis yang mengkaji tentang agama islam.
Majelis ini dilaksanakan di masjid
yang pada waktu itu muat kurang lebih 40 orang. Ponpes attanwir bukan
secara instan berdirinya, tetapi melalui proses yang banyak batu
sandungan. Kemajuan dan pertumbuhan ponses attanwir tidak lepas dari H.
Idris yang memberikan semuanya untuk penyembaran islam kepada masyarakat
talun dan sekitarnya serta membangun sedikit-sedikit komplek pondok
untuk putra dan putri.
Kemajuan tempat belajar ilmu yang
dirintis oleh Kiai Sholeh yang semakin besar dan besar, berdampak
banyaknya masyarakat ikut belajar dalam ponpes attanwir. Semakin banyak
masyarakat yang ingin memperdalam islam dengan belajar di pondok
pesantren namun kesadaran ini datang dari luar desa talun.
Masyarakat talun yang pada saat itu
banyak kaum abangan sedikit sekali setuju dengan adanya kelompok
tersebut (ponpes) dan menerima islam. Kaum abangan di desa talun
merupakan kelompok orang yang paham islam setengah-setengah, dengan
maksud lain melakukan kewajiban secara asal-asalan tetapi juga melakukan
keburukan yang dilarang.
Kemajuan dan perkemabangan semakin
pesat ditandai dengan banyaknya orang yang menginginkan belajar agama
islam dan beribadah. Kaum abangan yang menentang berawal dari kepala
desa talun pada saat itu yang sering datang kepada Kiai Sholeh untuk
berdebat. Bukanlah memperdalam agama atau mengenal agama tetapi untuk
mematahkan semangat dan kedudukan Kiai Sholeh yang menyebarkan agama
islam.
Berjalannya waktu dan setiap waktu
debat dengan Kiai Sholeh kepala desa ini akhirnya sadar dan masuk islam
serta ingin mendapat bimbingan dari Kiai Sholeh agar mengerti agama.
Semakin banyaknya yang memeluk islam di talun dan sekitarnya maka
semakin banyaknya santri yang menuntut ilmu kepada Kiai Sholeh.
Mushola yang tidak mampu menampung
santri ini, akhirnya membuat kepala desa ini memberi kontrusi dalam
pelebaran dan pembesaran berupa masjid, sedangkan mushola dijadikan
tempat mengajar dan asrama santri putra.
Sejalan dengan perjalanan waktu,
jumlah santri pun bertambah banyak, tidak hanya santri putra saja,
santri putri pun jumlahnya semakin banyak dan diantaranya mereka ada
yang datang dari luar desa/ daerah, maka terpaksa harus menyediakan
kamar atau gotakan untuk tempat mereka.
Proses islamisasi ditalun tidaklah
semulus yang dibayangkan, banyak masalah pertentangan akan tetapi
pendekatan yang dilakukan oleh Kiai Sholeh tidak membuat menimbulkan
konflik secara fisik. Kiai Sholeh memilih untuk berjuangan dengan dakwah
tanpa memakai kekerasan, dan menerima siapapun yang ingin belajar
termasuk yang ingin menayakan kebenaran agama islam.
Setelah Kiai Sholeh wafat generasi
selanjutnya meneruskan dan mengembangkan hingga samapi sekarang menjadi
pondok pesantren terbesar di Bojonegoro yang mengunakan metode pondok
salafi dan modern dalam penerapan pembelajaran.
Dakwah yang dialakuakan generasi
selanjutnya bukan menanamkan islam dalam hati masyarkata tetapi lebih
memperkuat islam dalam hati masyarakat yang modern dan menghadapi zaman
liberal yang susah dikontrol tanpa adanya iman dalam kaum islam.
Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini tekanannya diutamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif dan afektif.
2. Pendekatan Sosio-kultur
Pendekatan ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.
3. Pendekatan Religik
Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).
4. Pendekatan Historis
Ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
5. Pendekatan Komparatif
Pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
6. Pendekatan Filosofis
Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mamakai akan atau rasio.
Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini tekanannya diutamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif dan afektif.
2. Pendekatan Sosio-kultur
Pendekatan ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.
3. Pendekatan Religik
Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).
4. Pendekatan Historis
Ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
5. Pendekatan Komparatif
Pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
6. Pendekatan Filosofis
Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mamakai akan atau rasio.
Metode Penyampaian dalam Pengajaran Agama di Pondok Pesantren.
Dalam metode penyampaiannya ada beberapa pondok salafiyah yang masih menggunakan metode lama atau tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode-metode tersebut antara lain:
1. Sorogan
Yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kiai dengan Santri sangat dekat, sebab Kiai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu.
2. Bandungan
Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kiai hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kiai.
3. Weton
Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap selesai sholat Jum’at dan sebagainya.
Dalam metode penyampaiannya ada beberapa pondok salafiyah yang masih menggunakan metode lama atau tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode-metode tersebut antara lain:
1. Sorogan
Yaitu suatu sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan Kiai dengan Santri sangat dekat, sebab Kiai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu.
2. Bandungan
Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kiai hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kiai.
3. Weton
Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap selesai sholat Jum’at dan sebagainya.
Sistem Pendidikan Tradisional dan Modern Di PonPes Attanwir
Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi semua umat islam dari lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan baling inti dari dimensi ruang adalah pendidikan keluarga dan pendidikan paling harus dimengerti dalam pandangan masyrakat yang beragama adalah ilmu agama islam dengan mendalam.
Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi semua umat islam dari lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan baling inti dari dimensi ruang adalah pendidikan keluarga dan pendidikan paling harus dimengerti dalam pandangan masyrakat yang beragama adalah ilmu agama islam dengan mendalam.
Pendidikan menurut Undang Undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sistem yang diterapkan di attanwir
yaitu menyatukan unsur tradisional dan modern. Modernisasi atau inovasi
pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai upaya untuk memecahkan
masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata lain, inovasi pendidikan
pesantren adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang , baik berupa
hasil penemuan (invention) maupun discovery, yang digunakan untuk
mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren.
Sistem pendekatan metodologis yang
perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren
adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya
meliputi: Pendekatan Psikologis, Pendekatan ini tekanannya diutamakan
pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu
dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif, konatif dan afektif.
Pendekatan Sosio-kultur, Pendekatan
ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan
hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.
Pendekatan Religik, Yakni suatu
pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi
anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif
(mendalam dan meluas).
Pendekatan Historis, Ditekankan pada
usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses
kesejarahan. Pendekatan Komparatif, Pendekatan yang dilakukan dengan
membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang
ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya. Pendekatan Filosofis,
Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian
cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mamakai akan atau
rasio.
Modernisasi suatu lembaga biasanya
tergambar dengan adanya lembaga sekolah formal yang melaksakan
pembelajaran seperti sekolah formal akan tetapi mengunakan pendekatan
atau metode inovatif yaitu anatara tradisional dan modern. Lembaga
pendidikan berkembang di attanwir tetap memperlihatkan pendekatan pondok
pesantren salafi, hal ini dikareankan metode inilah yang mampu
memabangun karakter santri untuk mampu bersaing di dunia modern dengan
tetap teguh mengamalkan ajaran agama. Lembaga formal dan non formal yang
berada di attanwir, sebagai berikut:
1. PlayGroup
2. TamanKanak-Kanak(Raudlatul Athfal)
3. Madrasah Ibtidaiyah
4. Madrasah Tsanawiyah
5. Madrasah Aliyah
6. Sekolah Menengah Kejuruan
7. Sekolah Tinggi Agama Islam
8. Program Takhashush
9. Majlis Ta`lim Jumat Pagiuntuk bapak-bapak
10. Majlis Ta`lim Sabtu Malam untuk ibu-ibu
2. TamanKanak-Kanak(Raudlatul Athfal)
3. Madrasah Ibtidaiyah
4. Madrasah Tsanawiyah
5. Madrasah Aliyah
6. Sekolah Menengah Kejuruan
7. Sekolah Tinggi Agama Islam
8. Program Takhashush
9. Majlis Ta`lim Jumat Pagiuntuk bapak-bapak
10. Majlis Ta`lim Sabtu Malam untuk ibu-ibu
Kesimpulan
Islam masuk daerah bojonegoro dengan berbagai cara sehingga dalam setiap daerah memiliki perbedaan tradisi bahkan pandangan. Hal ini bisa ditarik garik kebelakang bahwa cara penyebaran mempengaruhi cara pandangang dan budaya masyarakat sekitar. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menekankan pada pengetahuan dan perkembangan agama islam. Pondok pesantren tidak asing bagi kalangan masyarakat karena sebelum adanya pendidikan formal yang sekarang ini.
Islam masuk daerah bojonegoro dengan berbagai cara sehingga dalam setiap daerah memiliki perbedaan tradisi bahkan pandangan. Hal ini bisa ditarik garik kebelakang bahwa cara penyebaran mempengaruhi cara pandangang dan budaya masyarakat sekitar. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menekankan pada pengetahuan dan perkembangan agama islam. Pondok pesantren tidak asing bagi kalangan masyarakat karena sebelum adanya pendidikan formal yang sekarang ini.
Seni dan pendidikan menjadi faktor
yang paling kelihatan ketika berbicara penyebaran islam di daerah
bojonegoro. Ponpes attanwir adalah salah satu sarana pendidikan yang
digunakan ulama di bojonegoro menyebarkan agama islam pada saat itu.
Sistem yang diterapkan di attanwir
yaitu menyatukan unsur tradisional dan modern. Modernisasi atau inovasi
pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai upaya untuk memecahkan
masalah pendidikan pesantren. Budaya dan pendidikan didaerah bojonegoro
terbukti efektif untuk menyebarkan agama islam dan menanamkan
nilai-nilai islam pada masyarakat yang pada umumnya kejawen.
Daftar Pustaka :
PP Attanwir. 2011. Sejarah Singkat Pendiri. Bojonegoro, (online), (http://attanwir.or.id/sejarah-singkat-pendiri.html), diakses 28 februari 2015
Prasojo, S. 1982. Profil Pesantren. Jakarta: LP3ES
Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet ketiga. Jakarta : Kalam Mulia
Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional.
Zulfahmi. 2014. Fethullah Gulen : Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki. Jakarta : UI – Press.
PP Attanwir. 2011. Sejarah Singkat Pendiri. Bojonegoro, (online), (http://attanwir.or.id/sejarah-singkat-pendiri.html), diakses 28 februari 2015
Prasojo, S. 1982. Profil Pesantren. Jakarta: LP3ES
Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet ketiga. Jakarta : Kalam Mulia
Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional.
Zulfahmi. 2014. Fethullah Gulen : Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki. Jakarta : UI – Press.
0 komentar:
Posting Komentar